Kepala asuransi kesehatan Korea Selatan terlibat dalam korupsi 46 miliar won: menghabiskan uang dari perdagangan berjangka Aset Kripto dengan kerugian besar, dijatuhi hukuman penjara 15 tahun.

Baru-baru ini, Badan Asuransi Kesehatan Nasional Korea Selatan terungkap mengalami skandal korupsi yang mengejutkan. Kepala tim manajemen keuangannya, Choi, karena menggelapkan 4,6 miliar won uang publik dan menghabiskannya untuk investasi kontrak berjangka enkripsi, akhirnya mengalami kerugian total. Mahkamah Agung Korea Selatan pada 15 Juli mempertahankan putusan awal, menjatuhkan hukuman penjara selama 15 tahun kepada Choi. Namun, pengadilan tidak mengakui bahwa tindakannya memenuhi unsur pencucian uang dan juga tidak mengadopsi permintaan kejaksaan untuk penagihan kembali sebesar 3,9 miliar won, yang memicu diskusi luas di kalangan komunitas enkripsi dan hukum setempat, serta meninggalkan pertanyaan mengenai pengaturan aset digital.

Arah Penggunaan Dana Publik: Kasino Enkripsi dan Pelarian Mewah

Menurut laporan SBS, penyelidikan di Korea Selatan menyatakan bahwa seorang supervisor bernama Choi, dari April hingga September 2022, menyalahgunakan uang publik sebesar 4,6 miliar won Korea melalui 18 kali operasi sistem dalam kapasitasnya sebagai kepala manajemen keuangan. Kemudian, dia melarikan diri ke Filipina, dan sempat ditemukan menghabiskan uang di sebuah resor mewah, akhirnya ditangkap pada Januari 2024 di Manila.

Sebuah investigasi menunjukkan bahwa, selain 720 juta won yang berhasil dipulihkan oleh lembaga publik melalui gugatan perdata, Choi menggunakan sebagian besar dari sisa 3,9 miliar won untuk investasi futures aset kripto, dan akhirnya mengalami kerugian total. Hal ini membuat mekanisme penagihan tradisional menjadi tidak efektif. Choi dijatuhi hukuman penjara 15 tahun oleh hakim pengadilan tingkat pertama dan kedua dengan alasan "pegawai pemerintah diharapkan untuk bersih, tetapi cara merampok dana besar secara terencana sangat buruk." Pada 15 Juli, putusan akhir mempertahankan keputusan awal.

Titik Kontroversi: "Bertaruh sampai habis, tidak dihitung sebagai pencucian uang"?

Fokus kontroversi dalam kasus ini adalah pada pengakuan pengadilan tentang "Pencucian Uang". Undang-undang Korea yang berlaku seperti "Undang-Undang Pelaporan dan Penggunaan Informasi Transaksi Keuangan Tertentu", dan peraturan anti-pencucian uang lainnya, mengharuskan bursa untuk menerapkan pemeriksaan kelayakan pelanggan dan melaporkan transaksi yang mencurigakan. Namun, pengadilan menyatakan bahwa meskipun tindakan Choi tertentu merupakan tindakan korupsi, namun karena dana akhirnya mengalami kerugian, tidak dianggap sebagai pencucian uang, dan juga tidak mendukung tuntutan kejaksaan untuk meminta kembali 39 miliar won.

Jaksa Korea Selatan menyatakan ketidakpuasan terhadap hal ini, menunjukkan bahwa Choi menggunakan dana publik untuk membeli token di bursa aset kripto di Korea Selatan, dan mentransfernya ke bursa luar negeri. Tindakan semacam ini mungkin dianggap sebagai pencucian uang di banyak yurisdiksi. Putusan pengadilan ini memicu diskusi di kalangan komunitas enkripsi lokal, yang berpendapat bahwa ini mungkin menciptakan ruang abu-abu dalam penetapan hukum untuk kasus serupa di masa depan.

Tantangan dan Refleksi Regulasi Aset Digital

Kasus ini sekali lagi menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam pengaturan aset digital. Anonimitas aset kripto, likuiditas lintas batas, serta karakteristik leverage tinggi di pasar berjangka, membuat pelacakan dan penentuan dana ilegal menjadi semakin sulit.

Ambiguitas definisi pencucian uang: Pengadilan tidak menetapkan pencucian uang, mungkin terkait dengan ketidakjelasan definisi pencucian uang terhadap aset digital dalam hukum yang berlaku saat ini, atau sulitnya membuktikan niat "menyembunyikan, menyembunyikan hasil kejahatan dan sumber serta sifatnya."

Kesulitan dalam Penagihan Lintas Batas: Meskipun Cui ditangkap di Filipina, dana telah hilang melalui pasar kontrak Aset Kripto, sehingga membuat pemulihan sangat sulit.

Masalah integritas pegawai negeri: Kasus ini juga mengingatkan pegawai negeri tentang risiko moral dan celah regulasi yang mungkin ada ketika menghadapi aset kripto dan alat investasi baru lainnya.

Kasus penggelapan dana publik oleh kepala kesehatan Korea Selatan yang menghabiskan uang tersebut untuk investasi kontrak berjangka Aset Kripto bukan hanya merupakan suatu peristiwa korupsi yang serius, tetapi juga sebuah cermin yang mencerminkan tantangan yang dihadapi regulasi aset digital dalam menghadapi pola kejahatan baru. Putusan pengadilan, terutama tidak adanya penetapan terhadap kejahatan pencucian uang, memicu pemikiran tentang penerapan kerangka hukum yang ada. Kasus ini akan mendorong Korea Selatan dan negara-negara di seluruh dunia untuk meninjau kembali dan menyempurnakan regulasi pengawasan aset digital, guna menutup celah dan secara efektif memberantas kegiatan ilegal yang memanfaatkan enkripsi.

Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
  • Hadiah
  • Komentar
  • Bagikan
Komentar
0/400
Tidak ada komentar
  • Sematkan
Perdagangkan Kripto Di Mana Saja Kapan Saja
qrCode
Pindai untuk mengunduh aplikasi Gate
Komunitas
Bahasa Indonesia
  • 简体中文
  • English
  • Tiếng Việt
  • 繁體中文
  • Español
  • Русский
  • Français (Afrique)
  • Português (Portugal)
  • Bahasa Indonesia
  • 日本語
  • بالعربية
  • Українська
  • Português (Brasil)