Algoritma RSA adalah salah satu algoritma enkripsi asimetris terpenting dalam kriptografi modern, yang dikembangkan pada tahun 1977 oleh kriptografer Ron Rivest, Adi Shamir, dan Leonard Adleman, serta dinamai dari inisial nama belakang mereka. Dasar algoritma ini adalah permasalahan matematika faktorisasi bilangan bulat, sehingga menjadi fondasi utama bagi komunikasi internet yang aman, dan telah digunakan secara luas dalam tanda tangan digital, komunikasi terenkripsi, serta transfer data yang terjamin kerahasiaannya.
RSA dikembangkan sebagai solusi atas tantangan pertukaran kunci secara aman. Dalam enkripsi simetris tradisional, kedua pihak yang berkomunikasi harus menyepakati kunci bersama sebelumnya, hal yang sangat sulit dalam lingkungan jaringan terbuka. Pada tahun 1976, Whitfield Diffie dan Martin Hellman memperkenalkan konsep kriptografi kunci publik, tetapi belum menghadirkan implementasi nyata. Setahun kemudian, tiga ilmuwan MIT mengembangkan algoritma RSA, yang menjadi algoritma kunci publik praktis pertama untuk enkripsi dan tanda tangan digital dan membuka jalan bagi teknologi keamanan jaringan modern.
Prinsip kerja utama RSA berpusat pada sepasang kunci: kunci publik dan kunci privat. Kunci publik dapat dibagikan secara bebas untuk mengenkripsi informasi, sedangkan kunci privat harus tetap dirahasiakan dan digunakan untuk dekripsi. Mekanismenya melibatkan proses matematika, yakni memilih dua bilangan prima besar lalu mengalikan keduanya untuk memperoleh nilai modulus n, kemudian menentukan nilai kunci publik dan privat menggunakan fungsi Euler serta algoritma Euclidean diperluas. Keamanan RSA berasal dari tingkat kesulitan komputasi dalam memfaktorkan bilangan besar—mengalikan dua bilangan prima memang mudah, tetapi menemukan faktor-faktor dari hasil perkaliannya sangatlah sulit, apalagi jika nilai bilangan tersebut sangat besar. Kesulitan satu arah inilah yang menjadi inti keamanan sistem RSA.
Walaupun posisinya krusial dalam dunia kriptografi, RSA menghadapi beragam tantangan dan risiko. Perkembangan komputasi kuantum menjadi ancaman utama terhadap RSA, karena komputer kuantum secara teoritis dapat menyelesaikan faktorisasi bilangan besar secara efisien dan berpotensi memecahkan enkripsi RSA. Selain itu, sifat RSA yang memerlukan proses komputasi intensif menyebabkan enkripsi dan dekripsi berjalan lebih lambat dibandingkan algoritma simetris. Implementasi yang tidak tepat juga berisiko menciptakan kerentanan, termasuk serangan saluran samping (side-channel) seperti analisis waktu dan daya. Seiring daya komputasi terus meningkat, panjang kunci RSA juga harus ditambah untuk mempertahankan level keamanan, yang menjadi tantangan tersendiri bagi perangkat dengan keterbatasan sumber daya.
Peranan algoritma RSA tidak hanya sebagai pencapaian teknis, tetapi juga menjadi dasar infrastruktur komunikasi internet yang aman. Sebagai komponen utama Infrastruktur Kunci Publik (PKI), RSA telah memungkinkan perdagangan elektronik yang terlindungi, komunikasi terenkripsi, dan verifikasi identitas digital secara aman. Meski menghadapi tantangan, seperti kemunculan teknologi komputasi kuantum, RSA tetap memegang peranan tak tergantikan melalui integrasi dengan algoritma lain dan penyesuaian panjang kunci secara berkala. RSA bukan sekadar inovasi teknis, melainkan juga keberhasilan penggabungan teori kriptografi dengan aplikasi dunia nyata dalam menjaga keamanan jaringan di era digital.
Bagikan